Friday, November 30, 2007

Survey II Desa Paranlando Reo Flores

Desa Paralando – Reo disana lebih baik daripada di Desa Bere, tapi Hanya jalan menuju Desa melalui laut pakai perahu, dan dari kampung ke kampung jalannya dipinggir pantai, disaat air laut tidak pasang mereka bisa menggunakan pantai sebagai sarana jalan, tapi kalau air pasang, hujan, angin, mereka susah menuju kampung sebelah dan susah melaut mencari ikan, kadang-kadang kelaparan, karena mata pencaharian masyarakat disana melaut, itu namakan masa paceklik.


Masalah kesehatan sudah ada pustu, dan ada satu Bidan dan juga pelayanan Posyandu. Tentang air, disana ada sebuah sumur kecil untuk semua warga tapi airnya warna kuning dan kata warga disana rasanya sedikit asin.

Ada yang membuat saya sedih disana salah satu warga menurut Michael dia kena TBC tapi diasingkan oleh warga supaya tidak menular, dia sendirian tinggal disebuah gubug kecil terbuka hanya beralaskan tikar, tidak punya sanak keluarga, kadang ada yang berbaik hati kasi dia makan, dia sakit parah sudah tidak kuat jalan. Dalam perjalanan menuju rumah kepala Desa saya bertemu sama Ibu-Ibu dari pemerintahan dan saya menyapa lalu bilang ada salah satu warga kampung mungkin kena TBC saya berusaha menjelaskan keadannya yang saya lihat, salah satu Ibu Bidan menyelutuk “Biar saja sudah, kalau tidak mau datang ke Pustu mati-matilah sudah” dengan (logat manggarai). Saya kaget sekali seorang Bidan berkata begitu seperti tidak punya rasa kasihan pada sesama.

Karena kita tidak cukup punya waktu berbasa-basi karena perahu yang kita tumpangi sudah menunggu, dan harus pulang dan saya hanya bilang “ Ibu-ibu saya orang bali yang tujuan survey menolong Desa tertinggal kesini saya memohon sudilahkiranya salah satu dari ibu yang berjiwa social menolong dan melaporkan ke pustu agar bapak yang kena TBC cepat ditangani trimakasih.” Salah satu ibu bilang terimakasih atas imformasinya.

Kebetulan waktu kita kesana ada meeting pemerintah jadi kita gabung dengan Bapak- bapak dari pemerintahan yaitu Wakil Camat, Dept Pendidikan, Dr Gigi, Dept KB, juga Kepala Desa Paralando.

Disana tidak ada hotel, kita tidur disalah satu keluarga yang ramah dan baik, mereka tidak punya kamar mandi dan tidak ada listrik, hanya pakai disel itupun hidup sampai jam 10 malam, badan rasanya sudah cape, kotor, dan keringatan, mau mandi tapi tidak ada kamar mandi, terpaksa nunggu jam10 disel mati, dan kita mandi dihalaman rumah gelap dan cepat-cepat betapa malu kalau ada orang lihat. Itulah pengalaman Saya dan Michael survey ke Flores.

Yang paling menyenangkan yang saya rasakan di Lombok, saya mengunjungi Yayasan Peduli anak, Kita disambut ramah dengan derekturnya, yang sebelumnya kita ketemu sama-sama nyebrang di pelabuhan Padangbai, dan juga Ketemu Yantin seorang wanita dari Belanda, konsultan Yayasan Peduli Anak, dia sungguh hebat sekali, bagi saya dia seperti ANGEL dia yang kasi petunjuk jalan dan siapa-siapa saja yang harus kita temui menuju Flores.

Ternyata benar di Flores atas petunjuk Yantin kita berkunjung ke RS Rafael di Cancar sebuah yayasan tentang anak-anak cacat sungguh mengesankan dan pengalaman berharga bagiku, bertemu dengan suster-suster yang seperti ANGLE dan mendengarkan cerita dan pengalaman mereka mengayomi,mensport,dan memberi cinta kepada anak-anak cacad.

No comments: